Alam Sutera Jamin Pengembangan Program Taman Garuda Wisnu Kencana Tak Menyimpang
Oleh: marsot
Minggu, 05 Agu 2018 09:56
BAGIKAN:

istimewa.
BADUNG (EKSPOSnews): Presiden Komisaris PT Alam Sutera Realty Tbk. Harjanto Tirtohadiguno sebagai investor menjamin pengembangan proyek Taman Garuda Wisnu Kencana (GWK) di Ungasan, Bali, tidak menyimpang dari konsep awal serta tetap berbasis budaya.
Harjanto menyatakan jika selama ini ada kekhawatiran dari sejumlah pihak mengenai rencana pengembangan GWK yang dianggap menyimpang dari konsep awal menurut dia hal itu tidak beralasan.
"Ada yang beranggapan GWK ke depan akan dibangun dan dilengkapi dengan kompleks real estate terpadu karena kami perusahaan properti yang tbk., sekarang yang dimaksud dengan real estate terpadu itu apa? Kalau yang dimaksud pengembangan perumahan jelas tidak mungkin. Ke depan kami hanya akan membangun fasilitas supporting untuk kawasan ini," katanya, Minggu 5 Augustus 2018.
Fasilitas pendukung yang dimaksud meliputi hotel, akomodasi, restoran, dan berbagai fasilitas lainnya.
Pihaknya menyadari sejak awal bahwa konsep GWK sejak mula dibangun adalah taman budaya.
"Ini kan taman budaya jadi pengembangannya jelas akan disesuaikan dengan konsep-konsep yang mengadaptasi lokal genius Bali," katanya.
Harjanto menegaskan rencana pengembangan komersial atau "residential" di kawasan GWK sendiri sampai saat ini masih dalam kajian dengan mempertimbangkan beberapa faktor, antara lain bisnis pariwisata dan properti di Bali pada 2019.
Apalagi menurut dia, investasi yang ditanamkan di proyek budaya yang rampung dibangun selama 28 tahun itu juga dilakukan perseroan secara bertahap.
Namun pihaknya menargetkan pengembangan kawasan taman budaya GWK dan fasilitas pendukungnya bisa terselesaikan dalam waktu lima tahun ke depan.
"Targetnya selesai dalam waktu lima tahun," katanya.
PT Alam Sutera Realty Tbk. (ASRI) mengakuisisi mayoritas saham perusahaan pengelola kawasan pariwisata GWK yakni PT Garuda Adhimatra Indonesia (GAIN) pada enam tahun silam.
Menanggapi hal itu Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran I Kementerian Pariwisata (Kemenpar) I Gde Pitana mengatakan tema utama GWK adalah budaya.
"'Main theme' GWK adalah 'culture' ya harus dong tetap 'culture', tapi kalau ada hal-hal lain sebagai supporting tapi tidak berlawanan dengan budayanya sebagai supporting tetap harus dikembangkan. Tetap harus sesuai dengan budaya Bali," katanya.
Sebagaimana kawasan wisata lain yang sudah lebih dulu berkembang di Bali, Pitana meyakini GWK membutuhkan fasilitas pendukung pariwisata di sekitarnya.
Oleh karena itu, pihaknya mendorong investor untuk dapat membangun dan mewujudkan investasi di bidang sarana pendukung demi kenyamanan wisatawan yang akan berkunjung.
Terlebih GWK ke depan diharapkan menjadi landmark atau ikon baru di Bali yang menjadi identitas Pulau Dewata sekaligus Indonesia.
"Saya akan kerja sama dengan pengelola GWK untuk memperkenalkan GWK kepada dunia," katanya.
Harjanto menyatakan jika selama ini ada kekhawatiran dari sejumlah pihak mengenai rencana pengembangan GWK yang dianggap menyimpang dari konsep awal menurut dia hal itu tidak beralasan.
"Ada yang beranggapan GWK ke depan akan dibangun dan dilengkapi dengan kompleks real estate terpadu karena kami perusahaan properti yang tbk., sekarang yang dimaksud dengan real estate terpadu itu apa? Kalau yang dimaksud pengembangan perumahan jelas tidak mungkin. Ke depan kami hanya akan membangun fasilitas supporting untuk kawasan ini," katanya, Minggu 5 Augustus 2018.
Fasilitas pendukung yang dimaksud meliputi hotel, akomodasi, restoran, dan berbagai fasilitas lainnya.
Pihaknya menyadari sejak awal bahwa konsep GWK sejak mula dibangun adalah taman budaya.
"Ini kan taman budaya jadi pengembangannya jelas akan disesuaikan dengan konsep-konsep yang mengadaptasi lokal genius Bali," katanya.
Harjanto menegaskan rencana pengembangan komersial atau "residential" di kawasan GWK sendiri sampai saat ini masih dalam kajian dengan mempertimbangkan beberapa faktor, antara lain bisnis pariwisata dan properti di Bali pada 2019.
Apalagi menurut dia, investasi yang ditanamkan di proyek budaya yang rampung dibangun selama 28 tahun itu juga dilakukan perseroan secara bertahap.
Namun pihaknya menargetkan pengembangan kawasan taman budaya GWK dan fasilitas pendukungnya bisa terselesaikan dalam waktu lima tahun ke depan.
"Targetnya selesai dalam waktu lima tahun," katanya.
PT Alam Sutera Realty Tbk. (ASRI) mengakuisisi mayoritas saham perusahaan pengelola kawasan pariwisata GWK yakni PT Garuda Adhimatra Indonesia (GAIN) pada enam tahun silam.
Menanggapi hal itu Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran I Kementerian Pariwisata (Kemenpar) I Gde Pitana mengatakan tema utama GWK adalah budaya.
"'Main theme' GWK adalah 'culture' ya harus dong tetap 'culture', tapi kalau ada hal-hal lain sebagai supporting tapi tidak berlawanan dengan budayanya sebagai supporting tetap harus dikembangkan. Tetap harus sesuai dengan budaya Bali," katanya.
Sebagaimana kawasan wisata lain yang sudah lebih dulu berkembang di Bali, Pitana meyakini GWK membutuhkan fasilitas pendukung pariwisata di sekitarnya.
Oleh karena itu, pihaknya mendorong investor untuk dapat membangun dan mewujudkan investasi di bidang sarana pendukung demi kenyamanan wisatawan yang akan berkunjung.
Terlebih GWK ke depan diharapkan menjadi landmark atau ikon baru di Bali yang menjadi identitas Pulau Dewata sekaligus Indonesia.
"Saya akan kerja sama dengan pengelola GWK untuk memperkenalkan GWK kepada dunia," katanya.
Sumber: antaranews.
Berita Terkait
komentar Pembaca