DL Sitorus Meninggal di Pesawat Garuda
Oleh: Marsot
Kamis, 03 Agu 2017 22:54
BAGIKAN:

istimewa
Darianus Lungguk Sitorus atau dikenal dengan DL Sitorus meninggal dunia saat akan terbang dengan pesawat Garuda dari Jakarta ke Medan.
DL Sitorus harusnya berangkat pukul 13.35 WIB menggunakan Maskapai Garuda Indonesia dengan penerbangan GA 188 dengan kursi 8H business class.
DL Sitorus meninggal dunia saat akan terbang pukul 13.35 WIB. DL Sitorus terbang ke Sumuatera Utara dalam sebuah keperluan perusahaan.
DL Sitorus meninggal sesaat sebelum pesawat take off dari Bandara Soekarno-Hatta Cengkareng, Tangerang, Banten.
Tiga tahun terakhir, DL Sitorus sering keluar masuk rumah sakit. Setiap berpergian DL Sitorus sering membawa tabung oksigen dan dibantu kursi roda.
Ada sakit jantung dan sesak nafas. Meski sakit, DL Sitorus tetap kerja memantau berbagai usaha yang dia rintis antara lain perkebunan sawit,bank perkreditan rakyat, sekolah, dan usaha lain seperti properti.
Sihar Sitorus, putra DL Sitorus, tak menjawab telepon mengenai meninggalkanya ayah beliau.
Sosok DL Sitorus pekerja keras dan pernah menjalani hukuman karena dituduh merambah hutan dan menyulapnya menjadi kawasan perkebunan sawit seluas 42 ribu haktare di Padang Lawas, Sumatera Utara. "Saya ini Anak Negeri. Tapi saya tak diberikan hak guna usaha (HGU) ketika mengurusnya kepada pemerintah," ujarnya berkali-kali.
DL Sitorus bukan orang sembarangan, disebut kerap membiayai pembangunan di kampung halamannya. Kiprahnya sebagai pengusaha perkebunan kelapa sawit sudah kondang. Melalui PT Torganda, ia memiliki ratusan ribuan hektare kebun sawit di Sumatera, Kalimantan, Sulawesi dan Maluku..
Dalam perjalanan hidupnya, ia pernah ditetapkan sebagai terpidana perkara perambahan hutan Register 40 Padang Lawas, Sumatera Utara. Kasus hukum yang menyeret pengusaha yang diberi gelar "Raja Kebun" ini bermula saat perusahaa milik DL Sitorus, PT Torganda mengonversi 42.000 hektare (dari 172.000 hektare) hutan di Register 40 menjadi perkebunan sawit, di Kecamatan Simangambat, Kabupaten Tapanuli Selatan, Sumatera Utara. Konversi hutan menjadi perkebunan sawit itulah yang menjebloskan DL Sitorus ke balik jeruji besi selama 8 tahun.
Tak hanya sebagai pengusaha, bidang politik pun pernah dirambahnya. Pada 20 Januari 2006, DL Sitorus mendeklarasikan Partai Peduli Rakyat Nasional, meski kemudian tak terdengar gaungnya.
Kepeduliannya di bidang pendidikan diwujudkan dengan mendirikan yasan pendidikan, DL Sitorus menjabat sebagai Ketua Yayasan Abdi Karya (YADIKA) yang berdiri sejak tahun 1976. YADIKA secara bertahap telah menyelenggarakan semua strata pendidikan tingkat TK, SD, SMP, SMU, SMEA, STM, LPK dan BLK. Dan, pada 1989, DL Sitorus mendirikan Universitas Satya Negara Indonesia (USNI), salah satu Perguruan Tinggi Swasta di Jakarta.
DL Sitorus harusnya berangkat pukul 13.35 WIB menggunakan Maskapai Garuda Indonesia dengan penerbangan GA 188 dengan kursi 8H business class.
DL Sitorus meninggal dunia saat akan terbang pukul 13.35 WIB. DL Sitorus terbang ke Sumuatera Utara dalam sebuah keperluan perusahaan.
DL Sitorus meninggal sesaat sebelum pesawat take off dari Bandara Soekarno-Hatta Cengkareng, Tangerang, Banten.
Tiga tahun terakhir, DL Sitorus sering keluar masuk rumah sakit. Setiap berpergian DL Sitorus sering membawa tabung oksigen dan dibantu kursi roda.
Ada sakit jantung dan sesak nafas. Meski sakit, DL Sitorus tetap kerja memantau berbagai usaha yang dia rintis antara lain perkebunan sawit,bank perkreditan rakyat, sekolah, dan usaha lain seperti properti.
Sihar Sitorus, putra DL Sitorus, tak menjawab telepon mengenai meninggalkanya ayah beliau.
Sosok DL Sitorus pekerja keras dan pernah menjalani hukuman karena dituduh merambah hutan dan menyulapnya menjadi kawasan perkebunan sawit seluas 42 ribu haktare di Padang Lawas, Sumatera Utara. "Saya ini Anak Negeri. Tapi saya tak diberikan hak guna usaha (HGU) ketika mengurusnya kepada pemerintah," ujarnya berkali-kali.
DL Sitorus bukan orang sembarangan, disebut kerap membiayai pembangunan di kampung halamannya. Kiprahnya sebagai pengusaha perkebunan kelapa sawit sudah kondang. Melalui PT Torganda, ia memiliki ratusan ribuan hektare kebun sawit di Sumatera, Kalimantan, Sulawesi dan Maluku..
Dalam perjalanan hidupnya, ia pernah ditetapkan sebagai terpidana perkara perambahan hutan Register 40 Padang Lawas, Sumatera Utara. Kasus hukum yang menyeret pengusaha yang diberi gelar "Raja Kebun" ini bermula saat perusahaa milik DL Sitorus, PT Torganda mengonversi 42.000 hektare (dari 172.000 hektare) hutan di Register 40 menjadi perkebunan sawit, di Kecamatan Simangambat, Kabupaten Tapanuli Selatan, Sumatera Utara. Konversi hutan menjadi perkebunan sawit itulah yang menjebloskan DL Sitorus ke balik jeruji besi selama 8 tahun.
Tak hanya sebagai pengusaha, bidang politik pun pernah dirambahnya. Pada 20 Januari 2006, DL Sitorus mendeklarasikan Partai Peduli Rakyat Nasional, meski kemudian tak terdengar gaungnya.
Kepeduliannya di bidang pendidikan diwujudkan dengan mendirikan yasan pendidikan, DL Sitorus menjabat sebagai Ketua Yayasan Abdi Karya (YADIKA) yang berdiri sejak tahun 1976. YADIKA secara bertahap telah menyelenggarakan semua strata pendidikan tingkat TK, SD, SMP, SMU, SMEA, STM, LPK dan BLK. Dan, pada 1989, DL Sitorus mendirikan Universitas Satya Negara Indonesia (USNI), salah satu Perguruan Tinggi Swasta di Jakarta.
Berita Terkait
-
tahun lalu
Eksekusi Lahan DL Sitorus Sudah Selesai
JAKARTA (EKSPOSnews): Ketua Umum Lembaga Bantuan Hukum Rakyat Merah Putih (LBH-RMP) Ricky Sitorus menyatakan eksekusi lahan perkebunan seluas 47.000 hektare milik D.L. Sitorus sudah selesai seperti di
-
tahun lalu
Keluarga DL Sitorus Akan Gugat Jaksa Agung
JAKARTA (EKSPOSnews): Koperasi KPKS Bukit Harapan dan Koperasi Parsub serta Keluarga almarhum DL Sitorus akan mengajukan gugatan "citizen lawsuit" serta membuat surat kepada Jaksa Agung yang telah mel
-
tahun lalu
Pengadilan Sebut Eksekusi Kebun Sawit DL Sitorus Tak Sah
JAKARTA (EKSPOSnews): Pengadilan Negeri Padang Sidempuan telah menyebutkan eksekusi lahan perkebunan sawit seluas 47 ribu hektare di Padang Lawas, Sumatera Utara, tidak sah, demikian kuasa hukum Koper
komentar Pembaca