Budi Gunadi Sadikin Tak Cocok Pimpin Inalum?
Oleh: alex
Selasa, 19 Sep 2017 04:40

"Pak Budi sudah sejak lama dipersiapkan, termasuk untuk memimpin Holding Pertambangan dimana Inalum bertindak sebagai induk," kata Rini usai mendampingi Presiden Joko Widodo saat mengunjungi Balai Ekonomi Desa (Balkondes) Telkom Indonesia di Desa Tuksongo, Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah.
Menurut Rini, Budi Gunadi Sadikin yang sebelumnya menjabat Staf Khusus Menteri BUMN itu beberapa kali sudah dilibatkan dalam pembahasan terkait rencana Holding Tambang membeli 51 persen saham Freeport Indonesia.
Sebelumnya, pada Kamis (14/9), Budi Gunadi Sadikin resmi diangkat menjadi Dirut Inalum menggantikan pejabat sebelumnya Winardi Sunoto yang kemudian dialihkan menjabat sebagai Direktur SDM dan Tata Kelola PT Pupuk Indonesia Holding Company.
"Saya yakin dia (Budi Gunadi Sadikin) mampu. Pengalamannya cukup panjang di industri keuangan perbankan. Direktur bank swasta, Dirut Bank Mandiri. Total lama berkarir di Mandiri lebih 10 tahun," ujarnya, Senin 17 September 2017.
Dengan pengalaman itulah tambah Rini, Budi Gunadi Sadikin yang berlatar belakang lulusan ITB dan keuangan di luar negeri diyakini bisa menangani Holding Tambang.
Ia meyakini, seseorang yang sudah pernah menjadi pucuk pimpinan pada satu perbankan besar, pasti sudah memiliki kapasitas untuk menganalisa sektor-sektor usaha yang beraneka ragam karena perbankan yang memberikan kredit untuk sektor-sektor usaha tersebut.
"Seperti Bank Mandiri tentu sudah memberikan kredit usaha ke banyak sektor, tambang emas, batubara dan macam-macam," ujarnya.
Pria kelahiran 1964 ini sebelumnya Dirut Bank PT Bank Mandiri Tbk (Persero) periode April 2013 hingga Maret 2016.
Budi Gunadi Sadikin merupakan sarjana Fisika Nuklir dari Institut Teknologi Bandung pada 1988 dan pendidikan ekonomi dari Washington University Amerika Serikat.
Budi mengawali karier sebagai staf teknologi informasi di IBM Asia Pasifik yang berpusat di Tokyo, Jepang. Kemudian, melanjutkan karier di IBM Indonesia dengan jabatan terakhir sebagai Systems Integration & Professional Services Manager hingga 1994.
Sejak tahun 1994, Budi malang melintang di industri perbankan, behijrah ke Bank Bali yang sekarang berubah nama menjadi Bank Permata.
Beberapa jabatan digenggamnya antara lain General Manager Electronic Banking, Chief General Manager wilayah Jakarta, dan Chief General Manager Human Resources hingga 1999.
Budi selanjutnya bergabung dengan ABN Amro Bank Indonesia dengan jabatan terakhir sebagai Direktur Consumer Banking hingga 2004.
Kemudian memilih berkarir di Bank Danamon sebagai Executive Vice President Consumer Banking dan Direktur di Adira Quantum Multi Finance, sebelum bergabung masuk ke Bank Mandiri pada tahun 2006.
Sumber: antaranews.
-
satu bulan lalu
Inalum Berikan Kontribusi Pelestarian Alam
MEDAN (EKSPOSnews): PT Indonesia Asahan Aluminium terus memberikan kontribusi dalam pembangunan sumber daya manusia dan pelestarian alam termasuk di wilayah yang berada di sekitar Danau Toba seperti d
-
satu bulan lalu
Freeport Dalam Genggaman Inalum
JAKARTA (EKSPOSnews): Holding Industri Pertambangan PT InalumM (Persero), Freeport McMoRan Inc. (FCX) dan Rio Tinto, akhirnya secara resmi mengalihkan saham mayoritas (divestasi) PT Freeport Indonesia
-
2 bulan lalu
Inalum Dorong Budaya Inovasi dan Riset
BATUBARA (EKSPOSnews): Perusahaan tambang PT Inalum mendorong tumbuhnya budaya inovasi dengan semangat riset dan pengembangan yang berkesinambungan dalam upaya berkompetisi dan berkembang hingga menja
-
2 bulan lalu
Inalum Santuni Anak Yatim
JAYAPURA (EKSPOSnews): Manajemen PT. Inalum (Persero) merealisasikan program BUMN Hadir Untuk Negeri (BHUN) menyantuni 107 anak dari tiga panti asuhan yang ada di Jayapura, sebagai wujud nyata dari ke
-
3 bulan lalu
Inalum Sudah Dapat Dana Pembelian Freeport
JAKARTA (EKSPOSnews): Holding BUMN pertambangan PT Inalum (Persero) menyatakan sudah memperoleh dana sebesar empat miliar dolar AS atau sekitar Rp58,4 triliun (kurs Rp14.600) dari hasil penerbitan obl