Sheikh Mohamed bin Zayed An-Nahyan Sumbang untuk Pelestarian Burung
Oleh: marsot
Sabtu, 28 Apr 2018 04:10
BAGIKAN:

Jallus
ABU DHABI (KICAU): Gagasan besar yang didukung oleh Sheikh Mohamed bin Zayed An-Nahyan, Putra Mahkota Abu Dhabi dan Wakil Panglima Angkatan Bersenjata Uni Emirat Arab, diumumkan pada Kamis (26/4) untuk menanggulangi ancaman terhadap burung akibat kawat listrik.
Konferensi pelestarian "Summit for the Flyways", yang saat ini diselenggarakan di Abu Dhabi, telah menyoroti kematian burung karena tersetrum oleh kawat listrik sebagai ancaman utama terhadap spesies yang terancam.
Gagasan Sheikh Mohamed bin Zayed tersebut diungkapkan selama pidatonya pada konferensi itu oleh Mohammed bin Ahmed Al-Bowardi --Menteri Negara Urusan Pertahanan dan Direktur Pelaksana Lembaga Lingkungan Hidup Abu Dhabi, EAD. Gagasan tersebut diluncurkan melalui kerja sama dengan Konvensi Internasional Pelestarian Spesies Hewan Liar yang Bermigrasi, CMS.
Satu juta dolar AS akan dialokasikan dari satu dana yang dibentuk oleh Sheikh Mohamed bin Zayed bagi pelestarian burung untuk berfungsi sebagai cikal-bakal bagi gagasan tersebut, kata Al-Bowardi.
Konferensi direncanakan untuk digelar tahun depan, kata kantor berita Uni Emirat Arab (UAE) WAM --yang dipantau Antara di Jakarta, Jumat malam. Dalam konferensi itu, organisasi terkait, anggota Dewan Legistlatif, ilmuwan, peneliti dan lembaga yang beroperasi di bidang tenaga listrik, donor bagi proyek hemat energi dan pihak lain akan diundang.
Ketika berbicara selama satu pembahasan mengenai rencana aksi global bagi pelestarian burung elang Saker, Al-Bowardi menyatakan meskipun penyebarannya di delapan-puluh-empat negara di Eropa Timur, Asia Timur dan Tengah, Amerika Utara dan Timur Tengah, spesies itu menghadapi tantangan nyata bagi kelangsungan hidupnya, populasinya telah anjlok sampai sebanyak lima-puluh persen selama dua-puluh tahun belakangan.
Faktor paling serius yang menyebabkan kemerosotannya, kata Al-Bowardi, adalah sengatan listrik di jalur migrasi dan di lahan perkembang-biakan, penggunaan pestisida dan racun di pertanian, yang membunuh hewan pengerat yang dimangsa elang Saker, dan pengursakan sarang di Asia Tengah.
"UAE telah memimpin, dan terus memimpin, upaya untuk melestarikan elang Saker dengan mendukung kegiatan perlindungan di seluruh daerah perkembang-biakan global spesies tersebut di Eropa, Asia Tengah, Mongolia dan China," kata Al-Bowardi.
Program percontohan pertama di Eropa Tenggara dan Balkan, dengan mitra regional, telah menghasilkan kembalinya perkembangbiakan elang Saker, katanya.
Dengan dukungan Presiden Sheikh Khalifa bin Zayed An-Nahyah, ia menambahkan, program pelepas-liaran elang Saker pada 1995 oleh mendiang Sheikh Zayed bin Sultan An-Nahyan telah dilanjutkan, dan lebih dari 700 elang Saker telah dilepas-liarkan di habitat alamiah mereka.
Abu Dhabi juga telah menyediakan dukungan utama bagi upaya pelestarian di Mongolia, katanya. Pada 2010, 5.000 sarang buatan dibuat, dan selama lima tahun selanjutnya lebih dari 7.500 anak elang terbang dari sarang itu.
Selama lima tahun belakangan ini, katanya, burung yang menggunakan sarang tersebut telah meliputi 2.512 pasang elang Saker dan 6.351 pasang hewan liar lain, seperti burung elang Upland, dan burung alap-alap serta gagak.
Al-Bowardi, yang menyatakan kabel listrik "ancaman paling serius buat burung hari ini", mengutip studi yang memperlihatkan kabel listrik membunuh lebih dari 10.000 burung pemangsa setiap tahun, termasuk 4.000 elang Saker.
Percobaan telah dilakukan untuk menguji perubahan kabel listrik yang mungkin bisa menurunkan angka hewan yang tersetrum listrik, katanya. Satu Nota Persepahaman mengenai pelestarian burung pemangsa juga telah ditandatangani dengan Program Lingkungan Hidup PBB dan mitra lain, melalui kantor koordinasi di Abu Dhabi.
Konferensi pelestarian "Summit for the Flyways", yang saat ini diselenggarakan di Abu Dhabi, telah menyoroti kematian burung karena tersetrum oleh kawat listrik sebagai ancaman utama terhadap spesies yang terancam.
Gagasan Sheikh Mohamed bin Zayed tersebut diungkapkan selama pidatonya pada konferensi itu oleh Mohammed bin Ahmed Al-Bowardi --Menteri Negara Urusan Pertahanan dan Direktur Pelaksana Lembaga Lingkungan Hidup Abu Dhabi, EAD. Gagasan tersebut diluncurkan melalui kerja sama dengan Konvensi Internasional Pelestarian Spesies Hewan Liar yang Bermigrasi, CMS.
Satu juta dolar AS akan dialokasikan dari satu dana yang dibentuk oleh Sheikh Mohamed bin Zayed bagi pelestarian burung untuk berfungsi sebagai cikal-bakal bagi gagasan tersebut, kata Al-Bowardi.
Konferensi direncanakan untuk digelar tahun depan, kata kantor berita Uni Emirat Arab (UAE) WAM --yang dipantau Antara di Jakarta, Jumat malam. Dalam konferensi itu, organisasi terkait, anggota Dewan Legistlatif, ilmuwan, peneliti dan lembaga yang beroperasi di bidang tenaga listrik, donor bagi proyek hemat energi dan pihak lain akan diundang.
Ketika berbicara selama satu pembahasan mengenai rencana aksi global bagi pelestarian burung elang Saker, Al-Bowardi menyatakan meskipun penyebarannya di delapan-puluh-empat negara di Eropa Timur, Asia Timur dan Tengah, Amerika Utara dan Timur Tengah, spesies itu menghadapi tantangan nyata bagi kelangsungan hidupnya, populasinya telah anjlok sampai sebanyak lima-puluh persen selama dua-puluh tahun belakangan.
Faktor paling serius yang menyebabkan kemerosotannya, kata Al-Bowardi, adalah sengatan listrik di jalur migrasi dan di lahan perkembang-biakan, penggunaan pestisida dan racun di pertanian, yang membunuh hewan pengerat yang dimangsa elang Saker, dan pengursakan sarang di Asia Tengah.
"UAE telah memimpin, dan terus memimpin, upaya untuk melestarikan elang Saker dengan mendukung kegiatan perlindungan di seluruh daerah perkembang-biakan global spesies tersebut di Eropa, Asia Tengah, Mongolia dan China," kata Al-Bowardi.
Program percontohan pertama di Eropa Tenggara dan Balkan, dengan mitra regional, telah menghasilkan kembalinya perkembangbiakan elang Saker, katanya.
Dengan dukungan Presiden Sheikh Khalifa bin Zayed An-Nahyah, ia menambahkan, program pelepas-liaran elang Saker pada 1995 oleh mendiang Sheikh Zayed bin Sultan An-Nahyan telah dilanjutkan, dan lebih dari 700 elang Saker telah dilepas-liarkan di habitat alamiah mereka.
Abu Dhabi juga telah menyediakan dukungan utama bagi upaya pelestarian di Mongolia, katanya. Pada 2010, 5.000 sarang buatan dibuat, dan selama lima tahun selanjutnya lebih dari 7.500 anak elang terbang dari sarang itu.
Selama lima tahun belakangan ini, katanya, burung yang menggunakan sarang tersebut telah meliputi 2.512 pasang elang Saker dan 6.351 pasang hewan liar lain, seperti burung elang Upland, dan burung alap-alap serta gagak.
Al-Bowardi, yang menyatakan kabel listrik "ancaman paling serius buat burung hari ini", mengutip studi yang memperlihatkan kabel listrik membunuh lebih dari 10.000 burung pemangsa setiap tahun, termasuk 4.000 elang Saker.
Percobaan telah dilakukan untuk menguji perubahan kabel listrik yang mungkin bisa menurunkan angka hewan yang tersetrum listrik, katanya. Satu Nota Persepahaman mengenai pelestarian burung pemangsa juga telah ditandatangani dengan Program Lingkungan Hidup PBB dan mitra lain, melalui kantor koordinasi di Abu Dhabi.
Sumber: antaranews.
Berita Terkait
komentar Pembaca