- Home
- Ekonomi & Keuangan
- Garuda Rugi, Direksinya Harus Dicopot Semua
Garuda Rugi, Direksinya Harus Dicopot Semua
Oleh: alex
Selasa, 27 Feb 2018 00:28
BAGIKAN:

istimewa.
JAKARTA (EKSPOSnews): PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk. mencatatkan total kerugian sebesar 213,4 juta dolar AS (setara Rp2,88 triliun, kurs Rp13.500) pada tahun kinerja 2017, turun 2.378 persen dibandingkan laba pada 2016 sebesar 9,36 juta dolar AS (setara Rp126,36 miliar).
Direktur Utama Garuda Indonesia Pahala Mansury dalam jumpa pers di Jakarta, menjelaskan perusahaan sebenarnya mampu membukukan laba bersih pada triwulan ketiga dan keempat 2017. Sayangnya, laba tersebut tidak mampu menutup kerugian pada triwulan pertama dan kedua 2017.
Pada triwulan pertama 2017, perusahaan berkode GIAA merugi sebesar 99,1 juta dolar AS dan pada triwulan kedua merugi 184,7 juta dolar AS.
Pada triwulan kedua 2017 itu, perusahaan harus menanggung "non recurring expense" (biaya khusus) yang dikomposisi dari pembayaran amnesti pajak sebesar 137 juta dolar AS juga denda atas kasus persaingan bisnis kargo dengan Australia sebesar 7,5 juta dolar AS.
Jika dikurangi biaya-biaya tersebut, maka kerugian maskapai tersebut pada triwulan kedua 2017 sebesar 38,9 juta dolar AS.
Kemudian pada triwulan ketiga, perusahaan mampu membukukan laba sebesar 61,9 juta dolar AS dan pada triwulan keempat laba bersih perusahaan anjlok menjadi sebesar 8,5 juta dolar AS.
"Kalau kita masukkan memang Garuda Indonesia secara 'full year' membukukan kerugian 213,4 juta dolar AS. Tetapi kalau kita lihat di triwulan empat kita sudah membukukan laba," katanya, Senin 26 Februari 2018.
Kendati merugi, Pahala menjelaskan capaian pendapatan operasional perusahaan mencapai 4,2 miliar dolar AS, meningkat 8,1 persen dibandingkan 2016 sebesar 3,9 miliar dolar AS.
Maskapai plat merah itu juga berhasil mencatatkan tingkat keterisian penumpang sebesar 74,7 persen dengan tingkat ketepatan waktu (on time performance/OTP) sebesar 86,4 persen.
Sepanjang 2017, maskapai tersebut mengangkut 36,2 juta penumpang, naik 3,5 persen dibanding 2016 sebesar 35 juta penumpang. Tren peningkatan pertumbuhan trafik penumpang terjadi pada penumpang internasional yang naik 8,1 persen.
Sementara itu, sejumlah kalangan mendesak Menteri BUMN agar mencopot seluruh direksi garuda dan mengangkat orang-orang profesional dengan jumlah yang lebih kecil. "Direksi Garuda tampaknya kurang profesional. Masa kerugian perusahaan itu besar sekali. Direksinya harus diganti semua dan cukup menempatkan 3-4 orang dalam jajaran direksi," tutur beberapa orang yang enggan disebut identitasnya.
Menteri BUMN, kata mereka, harus berani mengganti direksi jajaran BUMN yang merugi. "Jangan hanya mengganti satu dua orang. Atau membiarkan kekosongan sejumlah jajaran direksi BUMN. Ini jelas tindakan kurang profesional."
Direktur Utama Garuda Indonesia Pahala Mansury dalam jumpa pers di Jakarta, menjelaskan perusahaan sebenarnya mampu membukukan laba bersih pada triwulan ketiga dan keempat 2017. Sayangnya, laba tersebut tidak mampu menutup kerugian pada triwulan pertama dan kedua 2017.
Pada triwulan pertama 2017, perusahaan berkode GIAA merugi sebesar 99,1 juta dolar AS dan pada triwulan kedua merugi 184,7 juta dolar AS.
Pada triwulan kedua 2017 itu, perusahaan harus menanggung "non recurring expense" (biaya khusus) yang dikomposisi dari pembayaran amnesti pajak sebesar 137 juta dolar AS juga denda atas kasus persaingan bisnis kargo dengan Australia sebesar 7,5 juta dolar AS.
Jika dikurangi biaya-biaya tersebut, maka kerugian maskapai tersebut pada triwulan kedua 2017 sebesar 38,9 juta dolar AS.
Kemudian pada triwulan ketiga, perusahaan mampu membukukan laba sebesar 61,9 juta dolar AS dan pada triwulan keempat laba bersih perusahaan anjlok menjadi sebesar 8,5 juta dolar AS.
"Kalau kita masukkan memang Garuda Indonesia secara 'full year' membukukan kerugian 213,4 juta dolar AS. Tetapi kalau kita lihat di triwulan empat kita sudah membukukan laba," katanya, Senin 26 Februari 2018.
Kendati merugi, Pahala menjelaskan capaian pendapatan operasional perusahaan mencapai 4,2 miliar dolar AS, meningkat 8,1 persen dibandingkan 2016 sebesar 3,9 miliar dolar AS.
Maskapai plat merah itu juga berhasil mencatatkan tingkat keterisian penumpang sebesar 74,7 persen dengan tingkat ketepatan waktu (on time performance/OTP) sebesar 86,4 persen.
Sepanjang 2017, maskapai tersebut mengangkut 36,2 juta penumpang, naik 3,5 persen dibanding 2016 sebesar 35 juta penumpang. Tren peningkatan pertumbuhan trafik penumpang terjadi pada penumpang internasional yang naik 8,1 persen.
Sementara itu, sejumlah kalangan mendesak Menteri BUMN agar mencopot seluruh direksi garuda dan mengangkat orang-orang profesional dengan jumlah yang lebih kecil. "Direksi Garuda tampaknya kurang profesional. Masa kerugian perusahaan itu besar sekali. Direksinya harus diganti semua dan cukup menempatkan 3-4 orang dalam jajaran direksi," tutur beberapa orang yang enggan disebut identitasnya.
Menteri BUMN, kata mereka, harus berani mengganti direksi jajaran BUMN yang merugi. "Jangan hanya mengganti satu dua orang. Atau membiarkan kekosongan sejumlah jajaran direksi BUMN. Ini jelas tindakan kurang profesional."
Sumber: antaranews.
Berita Terkait
komentar Pembaca